[FANFICTION] You’re Star in My Eyes (Chap. 1)

FIREYN ©ALL RIGHT RESERVED
ALL PARTS OF THIS STORY IS MINE! NO OTHER AUTHORS! PLEASE DON’T STEAL, COPY AND RE-POSTING WITHOUT CONFIRM AND HOTLINK!
DON’T PLAGIARIZE!
ALL SIN THAT YOUR BUSSINES
TOLERATE ALL TYPO AND GRAMMATICAL ERROR
KEEP COMMENT AND NO SILENT READERS HERE PLEASE!

 

Disclaimer : Terinspirasi dari sebuah drama Asia yang aku gabisa judulnya karena rada…. asdfghjkl. Ceritanya ini remake :3

Jieun POV

Aku tak pernah menyangka, aku gadis paling nerd  dan dengan berani naksir cowok popular satu sekolah. Sungguh, mungkin di mata para guru Jang Wooyoung adalah murid nakal tanpa prestasi. Tapi bagiku, ia bagai pahlawan, hanya para guru dan teman-teman yang tak bisa melihatnya.

Idolaku, Jang Wooyoung hari itu duduk di depanku. Bukan aku yang sengaja duduk di belakangnya supaya bisa puas memandanginya atau apa. Kepala Tatib yang memindahkannya di depanku untuk mengawasi Wooyoung yang selalu mengganggu guru dan teman yang lain. Aku tak pernah berani menunjukkan rasa sukaku padanya, hanya saja Wooyoung duduk di depanku! Aku tak bisa mengingkari itu. Sesekali aku melihat ke tengkuknya, membayangkan bagaimana jika Wooyoung menoleh padaku dan tersenyum. Well, sepertinya Wooyoung tak akan melakukannya untuk batu kerikil yang tak dianggap seperti aku.

Memang Wooyoung nakal, bodoh dan segalanya, tapi ia tetap pahlawan bagiku! Suatu ketika aku yang memiliki predikat ‘siswa yang selalu rajin’ lupa tak membawa buku Bahasa Inggrisku. Aku sedang kebingungan di bangkuku ketika Mrs. Kahi berteriak, “ Siapa yang tak membawa buku harap berdiri!”. Aku pasrah. Aku akan berdiri ketika satu buku Bahasa Inggris mendarat tepat di meja di hadapanku. Bukan bukuku! Dan kulihat siswa di depanku berdiri. Ia menoleh sedikit padaku lalu mengerling nakal. Ya Tuhaann!!!!

“Jang Wooyoung! YA! Apakah kau terlalu malas hanya untuk membawa satu buku? Pergi keluar! Berjongkok dan bawa kursi lalu mengitari koridor ini sepuluh kali dengan melompat! Sekalipun kau tak boleh menurunkan kursi itu dari pundakmu!!”

Aku tak akan membiarkan orang yang tak bersalah menerima hukuman. Aku ingin berdiri untuk membelanya ketika tangan kiriku diraih.

“ Apa yang akan kau lakukan? Kau mau berdiri? Yang benar saja. Jangan buat masalah,” kata Jiyeon, satu-satunya sahabatku. Aku kembali duduk. Mataku terus mengikuti langkah Wooyoung yang keluar kelas sambil mengantongkan kedua tangannya di celana.

Hari itu pelajaran tak biasanya sesulit ini masuk ke otakku. Aku gugup. Aku tahu diluar Wooyoung seang bersusah payah mengangkat kursi di pundaknya sambil jongkok lalu melompat. Dengan bosan –hal yang tidak pernah terjadi padaku ketika belajar- aku membalik-balikkan buku Wooyoung. Bukunya penuh lipatan dan sobek dmana-mana. Aku tahu itu bukan karena sering dibuka dan dipelajari, yah, itulah Jang Wooyoung. Aku tersenyum ketika mataku berhenti di suatu halaman. Di sana ada suatu ilustrasi yang sudah tak jelas karena tertutupi coretan Wooyoung. Di sebuah balon Wooyoung menulisinya, ‘ Lebih baik aku ada di buku matematika atau fisika saja kalau rambutku keriting begini! Yang harusnya disini adalah gambar Madonna!’. Aku mau tak mau nyengir melihat coretan Wooyoung. Sudah aku katakan, Wooyoung itu… ah, aku tak tahu harus ngomong apa.

Wooyoung POV

Setelah ini lihat saja! Otot tanganku pasti sekekar Bruce Lee atau Sylvester Stallone. Jujur saja, aku cukup lelah juga harus melompat seperti itu. Tapi Mrs. Kahi tak akan pernah menyadari aku suka dilatih seperti itu. Juga, aku kasihan pada Jieun, masa gadis kecil kerempeng itu harus melakukan apa yang kulakukan tadi?

Aku berjalan kearah parkiran sambil mengunyah permen  karet. Tiba-tiba sahabatku, Nichkhun datang dan merangkulku. Berbeda denganku, Nichkhun begitu dipuja karena ketampanan dan jadi idola para guru.

“Hai, bagaimana latihanmu tadi? Ketika aku keluar kelas, kau sudah tak ada?” tanyanya.

“Oh, aku sedang mengikuti Mrs. Kahi ke ruang guru.”

“Wooyoung-ssi..” Seseorang memanggilku lirih.

Aku berbalik dan menemukan si gadis kerempeng, sapa namanya? Ah ya, Jieun, sedang menunduk.

“ Ada apa?” jawabku cuek.

“Aku hanya ingin bilang terimakasih dan mengembalikan ini. Maaf.” Tetap tertunduk ia menyodorkan buku Bahasa Inggrisku.

Aku menerimanya, “ Ah. Oke.” Lalu gadis itu pergi. TETAP MENUNDUK! Apa ia baik-baik saja? Bagaimana kalau ia terus-terusan menunduk lalu menabrak pohon atau tiang misalnya?

Nichkhun mengernyit. Hahaha lucu juga melihat dahinya yang mulus jadi kerut berlipat-lipat. “Itu bukumu? Kenapa ada padanya? Kenapa tadi kau tak bilang pada Mrs. Kahi kalau bukumu ada padanya? Dan ya, dia siapa? Kenapa wajahnya familier?”

“Kau tak tahu dia? Kita kan sekelas, dia duduk di belakangku! Kau lebih parah dariku yang hanya tak bisa mengingat namaya. Ckckkc.”

“Oh, pantas. Aku punya sejuta penggemar yang harus kuhapal namanya, tidak sempat menghapal anak itu. Heheh…” Aku lalu menyodok perutnya. Jahat sekali ia bilang begitu, untungnya aku tak sejahat itu. “Ouch, maaf broher. Kau kenapa sih? Kau padahal membawa buku???” lanjutnya.

“ Sebenarnya ia yang tak membawa buku. Aku kasihan padanya kalau predikat nona rajin harus hilang darinya karena sekali saja tak membawa buku.”

“Kau….. naksir padanya ya?”

Aku berbalik lalu menendang tulang keringnya.

Author POV

Malam itu Jieun baru pulang dari sekolah. Sudah 2 tahun sejak ia masuk SMA dan 2 tahun itu juga ia naksir pada Wooyoung. Jieun selalu sekelas dengan Wooyoung, ini mmbuatnya bahagia. Pertama kali ia suka Wooyoung karena ia pernah melihat wooyoung yang menyelamatkan anak kucing di genteng sendirian. Tindakan yang Wooyoung lakukan mungkin kecil, tapi dimata Jieun, itu sangat jantan.

Jieun merebahkan dirinya di kasur. Memandangi langit-langit kamarnya. Apa yang harus aku lakukan untuk membalas budi baik Wooyoung?

                Keesokan harinya Wooyoung menemukan kotak kue di mejanya. Ketika Wooyong membukanya, ada kue mochi yang menggoda selera disana. Di bawah kotak kue itu ada surat dan tissue.

Makan ini. Semoga enak =) Jangan lupa bersihkan mulutmu dengan tissue ini. Kau tak mau kan pelajarang dengan mulut penuh tepung? SELAMAT MAKAN JANG WOOYOUNG. Penggemarmu!

                Wooyoung nyengir lebar ketika membacanya. “Penggemarku! Terimakasih mochinya. Ini harus enak!!” teriaknya. Sekelas menoleh padanya, Wooyoung hanya tak acuh lalu melanjutkan makannya. Di kursi belakang, Jieun sambil menunduk tersenyum simpul.

Entah karena kekenyangan mochi atau apa, 5 menit setelah pelajaran Matematika dimulai, Wooyoung sudah menyelonjorkan tubuhnya di meja. Jieun melihat itu. Sebenarnya ia khawatir Wooyoung akan tertinggal pelajaran kalau tidur. Ia memutuskan menendang kursinya. Sentakan yang tiba-tiba itu membuat Wooyoung terbangun. Ia menoleh dengan marah kea rah Jieun. Jieun berkata tanpa suara, ‘Aku tak ingin kau dimarahi guru itu. Dari tadi ia memerhatikanmu’.

Wooyoung melenguh sebal lalu membenarkan posisi duduknya. Dengan malas ia mengikuti pelajaran. Jieun berkata dalam hatinya, ‘Bagaimanapu aku harus membalas budinya.’

Sejak saat itu Jieun terus-terusan mengganggu Wooyoung ketika Wooyoung mulai tertidur ataupun memunculkan gelagat akan mengusili sesorang.

“Kau tak bisa membiarkan aku tenang ya?” kata Wooyoung tiba-tiba ketika istirahat makan siang. Ia membalikkan badannya dan menatap Jieun lekat-lekat. Kenapa pipinya merah aku berkata begitu saja?

“Eee.. bukan begitu. Aku mendapat tugas dari kepala Tatib untuk mengawasimu dan membantumu belajar. Jadi, aku mencoba melaksanakan tugasku dengan baik.” Jieun tidak menyadari pipinya merona merah efek dipandangi Wooyoung.

“Cih…” Akhirnya Wooyoung berjalan keluar kelas. Meninggalkan Jieun.

 

Wooyoung POV

Aku lapar dan kurang tidur hari ini. Itu gara-gara gadis kerempeng di belakangku. Kutinggalkan Nichkhun yang sedang menggoda gadis-gadis dan makan di koridor.

“Ouucch!” Seseorang musuk punggungku dengan sesuatu. Pentol yang baru saja mendiami mulutku seketika kembali keluar. Aku berbalik dan lagi-lagi menemukan gadis kerempeng itu sedang menunduk. “Apa-apaan sih kau?”

“Aku hanya ingin bilang terimakasih lagi untuk yang kemarin. Dan maaf kalau tadi aku mengganggumu.”

“Huh? Tak salah? Apa maksudmu tadi kau bermaksud balas budi? Kalau kau ingin balas budi, biarkan aku tidur! Jangan campuri urusan orang lain.”

“Mmmm… Baiklah maafkan aku.” Dia pergi. Meskipun ia menunduk, kulihat setetes air mata jatuh dari pipinya. Apa aku terlalu keras membentaknya? Ah, masa bodoh.

Aku melanjutkan ketika lagi-lagi ada orang yang menepuk punggungku. “Apa apaan sih k.. kau…”

2 comments on “[FANFICTION] You’re Star in My Eyes (Chap. 1)

Leave a comment