[FANFICTION] You’re Star in My Eyes (Chap. 2)

FIREYN ©ALL RIGHT RESERVED
ALL PARTS OF THIS STORY IS MINE! NO OTHER AUTHORS! PLEASE DON’T STEAL, COPY AND RE-POSTING WITHOUT CONFIRM AND HOTLINK!
DON’T PLAGIARIZE!
ALL SIN THAT YOUR BUSSINES
TOLERATE ALL TYPO AND GRAMMATICAL ERROR
KEEP COMMENT AND NO SILENT READERS HERE PLEASE!

Disclaimer : Terinspirasi dari sebuah drama Asia yang aku gabisa judulnya karena rada…. asdfghjkl. Ceritanya ini remake :3

Wooyoung POV

                Aku lapar dan kurang tidur hari ini. Itu gara-gara gadis kerempeng di belakangku. Kutinggalkan Nichkhun yang sedang menggoda gadis-gadis dan makan di koridor.

                “Ouucch!” Seseorang musuk punggungku dengan sesuatu. Pentol yang baru saja mendiami mulutku seketika kembali keluar. Aku berbalik dan lagi-lagi menemukan gadis kerempeng itu sedang menunduk. “Apa-apaan sih kau?”

                “Aku hanya ingin bilang terimakasih lagi untuk yang kemarin. Dan maaf kalau tadi aku mengganggumu.”

                “Huh? Tak salah? Apa maksudmu tadi kau bermaksud balas budi? Kalau kau ingin balas budi, biarkan aku tidur! Jangan campuri urusan orang lain.”

                “Mmmm… Baiklah maafkan aku.” Dia pergi. Meskipun ia menunduk, kulihat setetes air mata jatuh dari pipinya. Apa aku terlalu keras membentaknya? Ah, masa bodoh.

                Aku melanjutkan ketika lagi-lagi ada orang yang menepuk punggungku. “Apa apaan sih k.. kau…”

                “Hai… Kau sibuk?”

                “Oh.. Tidak. Kenapa kau mencariku?” tanya Wooyoung.

                “Aku hanya ingin bertanya, apa kau tahu Nichkhun?”

                “Maaf Taeyeon, terakhir aku melihatnya dia sedang di kantin. Tapi itu lima belas menit yang lalu. Mungkin Nichk sudah pergi.”

                “Ahh…” Raut wajah Taeyeon jelas kecewa. “Tapi apa tadi? Nichk? Kau memanggilnya begitu?”

                “Mianhe… Ah ya, dia yang memintaku memanggilnya begitu. Katanya sih supaya terdengar keren. Itulah Nichkhun.”

                Taeyeon mengangguk, “Gomawo, Wooyoung-ssi” Setelah itu ia melenggang pergi.

                Selalu Nichkhun. Aku tak menyalahkannya. Wajahnya tampan dan sepertinya dia punya aura charm tak seperti aku. Hahaha tenang, lagipula aku nyaman dengan hidupku walaupun kebanyakan gadis hanya mencibirku. Kecuali…

Ji Eun POV

Dia benar-benar tak menganggapku. Seandainya aku kerikil yang membuat orang tersandung, setidaknya aku masih diperhatikan walau dicerca dengan berbagai umpatan. Tapi apa? Aku memang kerikil kecil, tak berdaya, tak berguna. Menjadi kerikil yang berbahaya saja tak bisa, apalagi mengubah diriku menjadi berlian yang diperhatikan penuh? Mimpi.

Aku tersenyum kecut. Cintaku takkan pernah berbalas.Tapi tekadku membalas budi Wooyoung harus terwujud.

Membantu Wooyoung memfokuskan diri saat pelajaran jelas mustahil, aku tak cukup berani melakukan itu terlalu sering. Kuputuskan akan menjadi penggemar rahasianya! Membantu Wooyoung belajar diam-diam.

“Kau kenapa Ji Eun? Tersenyum sendiri seperti itu? Kau punya sesuatu yang membahagiakan? Tak berniat membaginya denganku?” berondong Jiyeon padaku.

Ani ,Jiyeon-ah.

  Aku biasa-biasa saja hari ini. Kecuali memiliki sahabat sepertimu. Itu saja cukup membuatku bahagia.”

“Kau ini. Hehehe, kau juga sahabat terbaik yang pernah aku punya.” Jiyeon tersenyum padaku. Ia beranjak dari kursinya dan merangkulku.

Sepulang sekolah aku meninggalkan kertas di meja Wooyoung. Kulihat tasnya masih bersandar di kursi, tanda dia belum pulang dan pasti akan segera kembali ke kelas. Cepat-cepat aku keluar kelas. Aku terlalu terburu-buru sampai hampir saja menabrak seorang namja.

Mianhe, Jeongmal mianheyo.

“Hei, tak apa. Kenapa kau menunduk? Ah, kau gadis yang waktu itu. Kata Wooyoung namamu Ji Eun?”  Aku mengangguk lemah lalu buru-buru menyingkir. Entahlah, aku tak tahu siapa yang menabrakku tadi, sepertinya Nichkhun.

Author POV

“Apa ini?” Wooyoung menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya sama sekali tak gatal. “Latihan soal?”

Lalu di bawah kertas latihan soal itu masih ada selembar kertas lagi yang terlipat. Wooyoung mengambilnya dan membuka limpatannya.

Annyeong Wooyoung-ssi.

Aku penggemar yang tadi mengirimimu mocha. Bagaimana? Enak tidak? Kuharap jawabanmu iya.

Aku tahu kau pasti bingung maksudku mengirimimu latihan soal seperti ini. Jadi kuperhatikan nilaimu terus saja merosot. Aku tak mau melihat idolaku dengan nilai yang begitu. Aku membuat soal-soal ini agar kau bisa mengerjakannya di rumah. Oh ya ada juga buku panduan di sana.

Aku menunggu soal-soal itu sudah terisi penuh keesokan harinya. Ketika nilaimu cukup baik, aku akan memberimu hadiah. Jang Wooyoung, Hwaiting!

“Penggemar ya? Hehehe ternyata dia benar-benar penggemarku. Oke penggemar, lihat saja!”

Bukan seperti Wooyoung yang biasa, yang cuek, yang nakal, yang bodoh dan yang segalanya. Sejak kue mochi dari penggemar itu datang, mood Wooyoung seketika berubah. Sekarang ia sering membagi cengirannya yang menyebalkan. Mungkin saja inilah Wooyoung yang sebenarnya. Entah apa yang dipikirkannya sampai dipandangan guru dan teman-temannya ia nakal, bodoh dan malas.

Ketika malam, Wooyoung terlalu serius mengerjakan soal-soal itu. Ada sesuatu yang berpacu dalam dirinya. Inikah semangat? Wooyoung tak pernah merasa ditantang seperti ini.

“Hya, Jang Wooyoung. Apa kau membiarkan makanan yang sudah kubuatkan dengan susah payah akan dingin begitu saja?”teriak eommanya dari luar.

“Ya, sebentar lagi aku akan keluar!” Wooyoung mendengus kesal. Ia menatap lembar soal itu, masih kurang setengah lagi.

“Apa yang kau kerjakan di kamarmu?” tanya eommanya.

“Bukan apa-apa. Aku hanya tiduran.” Jawab Wooyoung sekenanya.

“Tumben sekali, tidur membuatmu sampai lupa waktu makan ?”

“Ah, memangnya kenapa? Yasudah, eomma, ini akan kumakan di kamar. Gomawo.” Wooyoung meninggalkan eommanya yang masih kebingungan di ruang makan.

                Ji eun POV

                Aku melihatnya! Wooyoung meletakkan kertas soalnya di meja dan meninggalkannya. Aku melirik sedikit. Dan wah.. Wooyoung sudah mengerjakan semuanya! Meskipun aku belum yakin sepenuhnya. Sekarang aku harus mencari cara mengambil kertas itu tanpa diketahui Wooyoung!

                Ketika teman sekelasku sudah pergi, kulihat kertas itu masih tergolek manis di meja Wooyoung. Aku berjalan kea rah pintu di depan kelas, ketika melewati bangku Wooyoung, kuambil kertas itu cepat-cepat lalu berlari keluar. Aku menyusul Jiyeon yang pasti sudah duduk manis di pohon kesukaan kami.

                Aku berlari sekencang-kencangnya. Takut Wooyoung menyadari bahwa kertas soal itu sudah hilang dari mejanya. Mungkin saja kan, Wooyoung aka mencari tahu siapa penggemarnya, mmm, tapi Wooyoung tak seperti itu. Ia cuek.

                “Hai Jiyeon….”

                “Kau darimana saja? Aku menunggumu.” Jiyeon mengerucutkan bibir. Keahliannya ketika mulai merajuk.

                “Hya, jangan marah, tadi ada sedikit urusan tadi,” kataku lalu mengerling padanya.

                “Ah, ne. Ji Eun sekarang sudah mulai sibuk ternyata. Omong-omong kertas apa itu?”

                “Ah, ini? Bukan apa-apa.”

                “Ji Eun, berbaliklah. Namja bodoh itu sedang berjalan kearah kita.”

                Deg. Apa Wooyoung sudah tahu kalau aku itu penggemarnya? Apa ketika aku mengambil kertas ini Wooyoung juga melihatnya? Betapa bodohnya aku, mungkin saja Wooyoung ada di luar dan mengamatiku. Jieun-ssi,, kau benar-benar pabo.

                “Hei kau, gadis kerempeng…..

 

 

 

Leave a comment