Spy Kids 5 : Mission Impossible (Chap. 1)

FIREYN ©ALL RIGHT RESERVED
ALL PARTS OF THIS STORY IS MINE! NO OTHER AUTHORS! PLEASE DON’T STEAL, COPY AND RE-POSTING WITHOUT CONFIRM AND HOTLINK!
DON’T PLAGIARIZE!
ALL SIN THAT YOUR BUSSINES
TOLERATE ALL TYPO AND GRAMMATICAL ERROR
KEEP COMMENT AND NO SILENT READERS HERE PLEASE!

___________________________

Author POV
Di enam tempat yang berbeda, enam remaja sedang menunggu kepastian apa yang akan terjadi selanjutnya pada karir hidup mereka.
INDONESIA
“Good bye baby good bye…Ding!” Tangannya dengan malas membuka email yang masuk. Ia menuju meja belajarnya dan meraih laptop. Di kop suratnya tertulis besar kepanjangan CIA, Central Intelligence Agency. Ya, organisasi besutan Amerika itu telah mengiriminya email. Bagi orang biasa mungkin dikirimi email oleh organisasi setingkat CIA pasti akan shock, lain halnya dengan Yasmin. Ia sudah tahu pasti suatu saat pasti akan datang email dari CIA yang mengiriminya misi.
Yasmin kembali merebahkan diri di kasur. Mau bagaimana lagi, 2 tahun lalu ia sudah mengatakan kesediannya bergabung dengan CIA. Alasannya hanya satu, pasti seru kalau kau punya petualangan sendiri seperti yang ada di film-film. Hahaha…. Alasan bodoh. Yasmin tertidur pulas. Pasti besok akan ada surat atau semacamnya yang dikirim untuk orang tuanya dan memberitahukan bahwa Yasmin harus ke Amerika, entah apa alasan yang akan mereka buat.
FILIPINA
“Zhilda~ Sepertinya ada email masuk di handphone mu?”
“Ah, ya. Terimakasih.” Anak yang diapnggil Zhilda melepas pelindung wajahnya, meletakkan floret, lalu menyambar botol minumnya. Sambil membersihkan keringatnya di wajah dengan handuk, ia membaca email yang masuk.
Matanya terbelalak. Secepat inikah ia akan dipanggil? Masih 2 tahun yang lalu ketika ia bertemu agen CIA dan menyatakan ketertarikannya. Tertarik! Ia mengira akan mendapat misi pertama saat usia 20 tahun. Lututnya lemas. Tapi seketika itu juga ia kembali berdiri tegap! Atlet anggar harus berani engambil resiko!
Ia menulis email pada teman-teman seperjuangannya, “Kalian sudah siap??”
SINGAPURA
Yazid sudah mendapat email dari CIA dan sekarang waktu di rumah semakin sempit sebelum keberangkatannya ke Amerika. Dengan tenang ia menanggapi email konfirmasi itu. Ini mimpinya! Baginya sebagai polisi saja masih kurang, ia ingin menjadi lebih dari sekedar seorang polisi
Trrr… trrr..
“Kalian sudah siap?” Email dari Zhilda!!
“Apa ada kuasa kita untuk menolaknya? Terlambat ;)” Yazid tersenyum dan meneruskan menonton TV. Ia hanya berharap misi ini cukup seru dan menantang agar tak membuatnya menyesal sudah bergabung dengan CIA.

THAILAND
Nareen terbangun dan meregangkan sendi-sendinya. Ia berharap email dari CIA kemarin hanya sebuah mimpi. Hahaha.. Bukannya takut atau apa, Nareen sayang meninggalkan kedua orang tuanya.
“LETTER!!!” teriak seseorang dari luar rumah Nareen ketika ia sedang menuruni tangga. Ibunya bergegas malepaskan celemekanya dan berlari keluar.
Ibu Nareen masuk. Membawa sebuah amplop dengan cop “New York University”.
Ia membacanya penuh hikhmat. Perlahan dan akhirnya sampai di kalimat terakhir ia membelalakkan matanya. “Nareen…” Ia menghampiri Nareen dan memeluknya.
“Iya ma, ada apa?”
“How smart my little daughter!” Ibu Nareen melepas pelukannya dan tersenyum pada Nareen. “Kau terpilih Nareen kau! Kau terpilih menjadi salah satu peserta Art and Culture Camp di Colorado yang diadakan NYU. Semuanya sudah diurus mereka, mulai dari Passport, Visa bahkan ijin imigrasimu nanti. Kau akan berangkat besok pagi. Ibu yang akan memberitahu Ayah dan pasti ia akan setuju!”
Nareen tersedak. Secepat inikah? Besok? “Apa tidak terlalu cepat kalau aku berangkat besok?”
“Tak apa, lebih cepat lebih baik Nareen.”
Nareen terdiam. Pasti alasan CIA bukan karena ‘lebih cepat lebih baik’, tapi karena bisa saja mereka berubah pikiran kalau diberi waktu terlalu lama. Lagi pula ada benarnya.. seandainya ia diberi waktu berpikir yang lama, ia pasti tak akan berangkat. Good job CIA.
KOREA
“Taesik oper bolanya kemari!” Taesik mengoper bola pada temannya.
Ia lalu berlari mendekati ring. Hap, ia kembali mendapetkan bola. Drible. Daann.. Slam dunk!
Prok prok prok..
“Kemanmpuanmu sama sekali belum berkurang,” kata salah seorang temannya.
“Ah… biasa saja.” Taesik memainkan bola basket di tangannya.
“Kau benar-benar akan pergi? Kau beruntung sekali!.”
“Hehehe…. terimakasih. Aku pasti akan merindukan kalian di sana. Tapi jangan khawatir, aku pasti akan pulang secepatnya.” Dan doakan aku akan kembali hidup-hidup.
“Memangnya bagaimana kau bisa mendapat beasiswa itu?”
“Ah.. Hanya membuka situs mereka di internet dan tak sengaja ikut kuis yang kebetulan diadakan.”
“Kau hebat! Kalau kau disana, jangan lupa kirimi kami email dan foto-fotomu. Oya, kalau kau bertemu cewek cantik juga beritahu pada kami ya!”
Kalian tak tahu sih apa yang menghadapiku. Lebih seru dari camp musim panas biasa. Dan aku tak janji akan mengirimi kalianfoto-foto bahagiaku disana.
“Kenapa murung? Kau tak ingin mentraktir kami sesuatu sebelum keberangkatanmu?”
“Baiklah,” jawab Taesik sambil mengerling hangat.
PAKISTAN
Haqeem menatap kopernya. Sebenarnya sia-sia ia membawa baju sebanyak apapun, pasti CIA sudah menyediakan baju-baju keren dan modis untuk mereka ber-enam dan boleh memakainya sepuas hati. Hahaha…. Tapi kalau ia membawa sedikit baju, pasti ibunya akan curiga. Tak ada kan cam musim panas yang menyediakan tempan, pendidikan dan pakaian gratis sekaliagus?
Haqeem duduk di tepi ranjand. Pikirannya kembali ke 2 tahun lalu ketika ia sedang di Amerika bersama orang tuanya.
“Hahaha… That’s cool mann. Isnt it?” Haqeem yang berumur 15tahun sedang menonton iklan SWAT di TV dalam toko.
Tiba seorang wanita berdiri di sebelahnya. “Yes. Of course. Kau mau menjadi seperti mereka?” tanya wanita itu tiba-tiba.
Haqeem terkejut, ia mengira kakaknya masih berdiri di sebelahnya. “Oh sorry…”
“Nevermind. Kuulangi pertanyaanku. Apa kau ingin jadi seperti mereka?”
“Umm…” Haqeen sedikit ragu berbicara dengan orang asing. Tapi kan ini hanya obrolan biasa, “ Mungkin… Menjadi mereka terlalu keren untuk dilewatkan.”
Wanita itu tersenyum. “Aku Laura. Kau tak perlu takut selama kau bisa menyimpan rahasia. Aku bagian dari CIA. Kami sudah mengamatimu dan sepertinya kau cocok. Kau boleh bergabung. Datanglah ke Empire State Building lantai 16 pukul 10 pagi, ada juga beberapa teman disana. Kau bisa memercayaiku.”
“Apa alasanku harus percaya padamu?”
“Kau lihat SUV disana? Lihat plat nomornya, apa kau tak merasakan perbedaan?”
Haqeem mengamati plat nomor SUV itu dengan seksama. Perlahan lempeng besi itu bergerak dan menunjukkan lapisan baru dengan tulisan CIA. Tak hanya itu, bagian kirinya terdapat LED yang entah digunakan untuk apa. Haqeem membelalakkan matanya. Kalau diperhatikan lagi, ia melihat moncong senjata, “Apa itu.. apa itu… L-90/P?”
“Matamu jeli juga nak,” katanya sambil tersenyum. “Kau tahu kan, bahkan di film-filmpun hanya CIA yang memakainya. Itu dipasang disana hanya untuk berjaga-jaga jangan khawatir. Hmm.. Baiklah kutunggu kau besok jika kau terima tantanganku!”
Keesokan harinya, Haqeem yang hotelnya berada di sekitar Central Park naik taksi menuju Empire State Building. Ia hanya bilang ingin berjalan-jalan sebentar pada kakaknya.
Ketika ia sudah berada di lantai 16, tak ada pintu lain selain pintu yang sedang dijaga beberapa resepsionis. Haweem menghampirinya.
“Maaf, apa keperluan anda tuan?”
“Aku kemari karena dipanggil. Bisakah aku masuk?”
“Tapi, lantai ini dikhususkan untuk para undangan, dan bukan…. maaf, remaja seperti anda.”
“Tidak tunggu dulu, kemarin aku diundang kemari oleh seorang wanita dengan mobil SUVnya. Di bawah mobil itu ada L-90/P! Ia bilang ia anggota CIA.”
Resepsionis itu memandang kawannya dan mengangguk. Ia menekan suatu tombol di meja dan pintu kaca smoke glass itupun terbuka. Haqeem melangkah masuk. Tanpa diketahuinya dari luar, ia bertemu sekitar 3 orang yang menjaga pintu masuk. Muka mereka memang telihat sadis, tapi lalu mereka memberikan Haqeem senyum sekilas, yah setidaknya sangat menenangkan.
Seorang penjaga dengan M-4 ditangan menuntunnya ke suatu ruangan. Haqeem tak menemukan banyak hal ketika ia menuju ruang yang dimaksud. Apa ini hanya salah satu markas sementara mereka? Atau banyak hal yang memang disembunyikan di balik dinding?
Haqeem sudah sampai. Ia membuka pintunya dan menemukan wanita kemarin bersama 5 orang sebayanya………

_______________________________

Te be ce~

Gila ya hehehehe?

13 comments on “Spy Kids 5 : Mission Impossible (Chap. 1)

Leave a comment